Pages

Thursday, September 20, 2018

Cakar-cakaran Soal Beras, Darmin Turun Tangan

INILAHCOM, Jakarta - Menko Perekonomian Darmin Nasution berencana memanggil Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Dirut Bulog Budi Waseso (Buwas) serta Menteri Pertanian Amran Sulaiman terkait polemik impor beras.

"Tentu saya akan mempertemukan beliau-beliau ini. Saya masih cari waktu dengan beliau-beliau," kata Darmin saat konferensi pers di Kantor Presiden Jakarta, Kamis (20/9/2018).

Darmin berharap, setelah ketiganya bertemu masalah ini tidak berlarut-larut. Ada penjelasan bahwa impor beras merupakan keputusan bersama yang dibahas sejak awal 2018.

Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini menjelaskan, keputusan impor beras pada kuartal III-2017 ditempuh ketika harga beras mulai naik. Dan, persedian beras di gudang Perum Bulog tersisa 978.000 ton. Padahal, kebutuhan nasional per bulan mencapai 2,3 juta-2,4 juta ton.

Keputusan melakukan impor pada saat itu mendapat kritikan tajam dari berbagai pihak, sehingga pada 15 Januari 2018, pihaknya melakukan rapat koordinasi.

Darmin mengungkapkan, dalam rakor diketahui bahwa persedian Bulog kala itu hanya 903 ribu ton. Sementara harga beras medium di pasar mencapai Rp11.300 per kg. Jauh di atas harga patokan pemerintah sebesar Rp9.450 per kg.

Melihat kondisi tersebut, Darmin menyebutkan, rakor memutuskan untuk memberikan izin impor sebanyak 500 ribu ton. "Pada waktu itu kita masih yakin pada Maret-April akan ada panen raya," ungkapnya.

Namun beras impor yang diperkirakan masuk per Februari 2018 itu tidak masuk karena panen raya di negara asal juga pada Maret. Pada 19 Maret 2018, lanjutnya, pihaknya kembali mengadakan rapat dan diketahui persedian Bulog tersisa 590 ribu ton, sehingga kembali memberikan ijin impor 500 ribu ton.
Pada 28 Maret 2018, pemerintah kembali menggelar rakor lanjutan dan diketahui stok Bulog naik sedikit menjadi 649.000 ton. Karena diprediksi musim kemarau agak kering, lanjut Darmin, maka pihaknya tidak mau ambil risiko maka diputuskan untuk impor 1 juta ton.

Damin mengungkapkan, rapat pada pertengahan Agustus, mencatat bahwa cadangan Bulog mencapai 2,4 juta ton dan jumlah impor belum masuk semua, dan diperkirakan hanya 1,4 juta ton.

Darmin menjelaskan, hingga saat ini, masih ada 400 ribu ton hasil keputusan rapat impor beras sebelumnya, sehingga tidak ada keputusan baru terkait impor beras hingga saat ini.

Sebelumnya, Dirut Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) menyebutkan, sampai Juni 2019, cadangan beras pemerintah aman. Sehingga Indonesia tidak perlu melakukan impor beras.

Dalam konferensi pers di Kantor Perum Bulog Jakarta, Rabu (19/9/2018), mantan Kepala BNN ini menegaskan sudah membentuk tim dari berbagai pihak, baik ahli independen, Kementerian Pertanian, serta jajaran Bulog sendiri, untuk menganalisa kebutuhan dan kondisi perberasan nasional.

"Tim mengatakan rekomendasi sampai Juni 2019, tidak perlu impor. Bahkan dimungkinkan beras cadangan impor dari Bulog tidak akan keluar. Tinggal menjaga. Masa kita harus bertahan pada impor?" ujar Buwas.

Buwas menyebutkan, saat ini, cadangan beras di gudang Bulog mencapai 2,4 juta ton. Jumlah tersebut belum termasuk dengan beras impor yang akan masuk pada Oktober sebesar 400 ribu ton sehingga total cadangannya menjadi 2,8 juta ton.

Dari total cadangan tersebut, Bulog memperhitungkan kebutuhan untuk beras sejahtera (Rastra) hanya akan terpakai 100 ribu ton. Dengan demikian, total stok beras yang ada di gudang Bulog hingga akhir Desember 2018 sebesar 2,7 juta ton. [tar]

Let's block ads! (Why?)

from Inilah.com - Terkini kalo berita nya ga lengkap buka link disamping https://ift.tt/2NYDBUT

No comments:

Post a Comment