
INILAHCOM, Jakarta - Pemerintah seharusnya berpegang pada data produksi pangan Badan Pusat Statistik (BPS), bukan data Kementerian Pertanian (Kementan). Sebab, data Kementan bersifat interal.
Demikian komentar anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin, mendengar pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution perihal seteru antara Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Budi Waseso (Buwas) dengan Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita.
Buwas dan Enggar saling sindir, mengenai perlu tidaknya pemerintah kembali mengimpor beras di tahun ini. Menurut Darmin, seteru keduanya karena data proyeksi produksi beras yang dikeluarkan Kementan dinilai sering meleset.
"Yang harusnya jadi pegangan data produksi pangan harusnya data BPS, bukan data Kementan. Karena itu hanya data internal, sehingga kurang tepat kalau Pak Darmin mengkambinghitamkan data Kementan," ujar Andi.
Menurut dia, dalam hal pengambilan kebijakan, Pemerintah seharusnya berpegang pada Data BPS. Kalau pemerintah membutuhkan data pembanding, bisa menggunakan data stok Bulog. Karena stok beras ada di gudang-gudang Bulog.
Persoalannya kemudian adalah, sejak tahun 2016 pemerintah tidak lagi memiliki data pangan resmi. Sejak itu BPS tidak mengeluarkan data produksi beras, melainkan hanya data ekspor dan impor beras.
Atas permintaan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) BPS tengah menyiapkan metode penelitian yang baru, terkait data pangan BPS yang selama ini dinilai tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
"Untuk sementara BPS tidak merilis data pangan. Menunggu hasil metode baru untuk pengukuran luas panen komoditas padi," ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, Habibullah.
Menurut kabar, BPS akan merilis data pangan dengan metode baru pada Oktober 2018 mendatang. Molor dari rencana sebelumnya pada Agustus lalu. Data itu menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA), bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Darmin: Tak Ada Lagi Impor Beras Tahun ini
Dalam seteru yang saling sahut-menyahut sindiran, Buwas mengatakan boleh saja impor kalau kantor Kemendag mau dijadikan gudang penyimpanan beras impor. Karena saat ini bulog sudah meminjam gudang dengan ongkos sewa hingga 45 miliar rupiah untuk menyimpan stok beras yang ada.
Enggar kemudian membalas dengan menyampaikan persoalan gudang penyimpanan bukanlah urusan Kemendag. Gerah mendengar jawaban ini, Buwas kembali membalas dengan sindiran, "Matamu itu".
Menyudahi polemik, Darmin Nasution akhirnya memastikan bahwa Pemerintah tidak akan melakukan impor beras lagi hingga akhir tahun 2018.
Sebab, seperti laporan Buwas saat ini persediaan beras yang tersimpan di gudang Perum Bulog sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat yakni sebanyak 2,3 juta-2,4 juta ton per bulan.
"Putusan (impor) terakhir adalah tanggal 28 Maret dan itu sudah dilaksanakan. Tidak ada impor lagi setelah itu," kata Darmin.
Menurutnya, pemerintah sudah tiga kali mengeluarkan keputusan mengimpor beras, yakni pada 15 Januari sebanyak 500 ton, 19 Maret 500 ton, dan terakhir 28 Maret 1 juta ton.
Keputusan impor diambil dalam yang dihadiri Meneg BUMN, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, dan Dirut Bulog (saat itu) Djarot Kusumayakti. Pemerintah memutuskan impor karena melihat tren kenaikan harga beras yang cukup tinggi dan stok beras di gudang Bulog.
"Dengan begitu, total beras yang akan diimpor pemerintah pada saat itu 2 juta ton. Akan tetapi, karena rencana impor dari India sebanyak 200.000 ton gagal, total beras yang diimpor menjadi 1,8 juta ton. Sampai saat ini baru 1,4 juta ton beras impor yang sudah masuk dan disimpan di gudang Bulog. Sementara 400.000 ton beras impor lainnya masih dalam perjalanan," urai Darmin.
Sesuai yang sudah disampaikan Buwas di media beberapa hari belakangan ini, stok yang ada di gudang Bulog mencukupi untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Ditambah lagi menurutnya Bulog hingga kini terus menyerap beras dari petani lokal yang masih panen secara bergantian. Sehingga ia memperkirakan stok beras Bulog hingga akhir tahun bisa mencapai 3 juta ton. [jin]
from Inilah.com - Terkini kalo berita nya ga lengkap buka link disamping https://ift.tt/2xvvMfR
No comments:
Post a Comment