RAGHIB Al-Ashbahani -rahimahullah- mengatakan:
Kedermawanan itu ada dua macam: Kedermawanan dengan memberi apa yang ada di tangan kita. Dan kedermawanan berupa upaya menahan diri dari apa yang ada di tangan orang lain, itulah (kedermawanan) yang paling besar. (Adz-Dzariah: 122)
Seringkali kedermawanan dimaknai dengan memberi, memberi dan memberi. Dan saat kita tidak memiliki sesuatu untuk diberi, kita lantas merasa tidak bisa berderma. Padahal disana ada kedermawanan yang lain, yaitu kedermawanan hati.
Kerdermawanan jenis ini lebih dikenal dengan istilah qanaah, merasa cukup dengan pembagian Allah dan tak memendam ketamakan pada apa yang dimiliki orang lain. Lalu mengapa Ar-Raghib menilainya sebagai kedermawanan yang paling besar?
Karena disana ada pertarungan antara prinsip qanaah yang kita pilih dan kemauan hati yang selalu menginginkan apa yang dimiliki orang lain. Ini jauh lebih sulit dari sekedar memberi.
Jadi bila Allah memberi kita kelebihan, maka berbagilah dengan orang lain. Bila tidak, maka tahanlah diri dari sifat meminta-meminta dan tamak terhadap apa yang dimiliki orang lain. Dengan begitu kita sudah dianggap berderma.
Kesimpulannya, dengan atau tanpa materi saya dan anda tetap bisa berderma. [Ust. Aan Chandra Thalib]
from Inilah.com - Terkini kalo berita nya ga lengkap buka link disamping https://ift.tt/2PqItiy
No comments:
Post a Comment