Pages

Tuesday, February 5, 2019

Rusia Ancam Ciptakan Sistem Rudal Baru

INILAHCOM, Moskow - Rusia mengumumkan rencana pengembangan sistem rudal baru setelah menyatakan mundur dari perjanjian pembatasan senjata.

Mengutip BBC, Rusia mengatakan ingin mengembangkan peluncur rudal penjelajah dan rudal hipersonik jarak jauh dalam dua tahun mendatang.

Rencana ini dikemukakan sebagai balasan atas keputusan AS keluar dari perjanjian serupa. Hal ini meningkatkan kekhawatiran akan adanya perlombaan senjata baru.

Perjanjian persenjataan nuklir jarak menengah, Intermediate-Range Nuclear Forces (INF), yang ditandatangani pada 1987, melarang kedua negara menggunakan rudal jarak pendek dan menengah.

INF ditandatangani untuk meredakan krisis di mana rudal AS dan Soviet ditempatkan di dalam jangkauan ibu kota Eropa.

Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan AS akan keluar dari pakta tersebut, setelah menuduh Rusia telah melanggarnya. Sejauh ini Rusia membantah tudingan tersebut.

Namun demikian, Rusia akhirnya kemudian melakukan hal yang sama, yaitu mundur dari perjanjian yang disepakati pada era Perang Dingin pada 1987 silam itu.

Apa rencana Rusia?

Selasa kemarin, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan bahwa mereka akan mengembangkan rudal darat baru dalam dua tahun ke depan.

Dalam perjanjian INF, peluncuran rudal yang diluncurkan di darat dilarang. Akan tetapi perjanjian itu tidak mengatur rudal yang diluncurkan melalui laut atau udara, yang sudah dimiliki Rusia.

Shoigu mengatakan AS telah melanggar perjanjian tersebut. Menurut dia, AS secara aktif bekerja mengembangkan sejumlah rudal darat yang mampu menjangkau lebih dari 500 km, yang berada di luar batasan seperti tertera dalam perjanjian.

"Dalam situasi seperti inilah, Presiden Rusia menugaskan kementerian pertahanan untuk mengambil langkah-langkah," kata Shoigu.

Sejauh ini Washington belum menanggapi pengumuman Rusia tersebut. Meski demikian, seperti dilaporkan kantor berita AP pada pekan lalu yang mengutip pejabat pemerintahan Trump, tidak ada rencana segera untuk menguji atau mengembangkan sistem rudal yang dilarang dalam perjanjian INF.

Mengapa AS mundur dari pakta INF?

Pemerintahan Trump menyatakan prihatin atas ancaman yang ditunjukkan Rusia dan negara-negara yang tidak terikat dalam perjanjian INF, utamanya China.

"Kami tidak bisa menjadi satu-satunya negara di dunia yang terikat secara sepihak oleh perjanjian ini," kata Trump sesaat setelah mengumumkan bahwa AS akan mundur dari perjanjian INF dalam enam bulan ke depan.

Sebelumnya AS telah menuduh Rusia melanggar pakta tersebut, termasuk tuduhan bahwa negara itu mengembangkan rudal jelajah yang bisa mencapai jarak antara 500 dan 5.500 km yang dilarang oleh perjanjian itu.

Tetapi sebaliknya Rusia menuding AS telah melanggar perjanjian itu, dengan mengatakan bahwa Washington melontarkan tuduhan palsu sebagai alasan mundur dari perjanjian INF.

Berikut empat hal tentang perjanjian INF:

- Ditandatangi oleh Presiden AS Ronald Reagan dan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada tahun 1987, pengendalian senjata itu melarang seluruh misil atau roket, baik nuklir atau non-nuklir, dengan jarak tempuh pendek dan menengah. Senjata yang diluncurkan dari laut dikecualikan dalam traktat ini.

- AS saat itu mengkhawatirkan pengembangan sistem SS-20 oleh Soviet. AS merespons dengan memasang sistem roket jelajah di Eropa --kebijakan yang memicu beragam protes.

- Tahun 1991, sekitar 2.700 roket telah dihancurkan. AS dan Rusia sepakat upaya saling periksa terhadap instalasi misil.

- Pada 2007, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan perjanjian itu tak lagi sesuai dengan kepentingan negaranya. Pernyataan itu tak terlepas dari keputusan AS mengundurkan diri dari Traktat Anti-Rudal Balistik tahun 2002.

Let's block ads! (Why?)

from Inilah.com - Terkini kalo berita nya ga lengkap buka link disamping http://bit.ly/2TAjpIC

No comments:

Post a Comment