INILAHCOM, Jakarta--Iran secara sengaja melanggar perjanjian nuklir tahun 2015, setelah pasokan uranium yang diperkaya telah melampaui batas.
Kepastian itu diklaim oleh Iran sendiri dan dikukuhkan pula oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA), demikian laporan yang dikutip dari BBC, Selasa (2/7/2019).
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengatakan produksi uranium yang diperkaya kini melebihi 300 kilogram, fakta yang sudah dikukuhkan oleh IAEA.
Iran meningkatkan produksi uranium yang diperkaya untuk dijadikan bahan bakar pembangkit yang dapat menjadi senjata nuklir, sebagai balasan diterapkannya kembali sanksi Amerika Serikat (AS).
Negara-negara Eropa telah memperingatkan bahwa pelanggaran dalam bentuk apapun akan membawa konsekuensi tertentu.
Perjanjian nuklir Iran tahun 2015 memungkinkan pencabutan sanksi multilateral sebagai imbalan atas pembatasan kegiatan nuklir Iran.
"Berdasarkan apa yang telah diberitahukan kepada saya, sesuai rencana Iran telah melampaui batas 300 kg," kata Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif seperti dikutip kantor berita Isna saat berbicara dengan para wartawan di Teheran, Senin sore (1/7/2019) waktu setempat.
"Kami secara jelas mengatakan akan melakukan dan akan bertindak sejalan dengan itu. Kami memandang ini adalah bagian dari hak kami sesuai Rencana Aksi Menyeluruh Bersama," tambahnya, mengacu kepada nama resmi kesepakatan nuklir.
Juru bicara IAEA mengatakan kepada BBC: "Kami dapat memastikan Direktur Jenderal IAEA, Yukiya Amano telah memberitahu Dewan Direksi bahwa badan ini telah mengkonfirmasi pada tanggal 1 Juli, cadangan uranium yang telah diperkaya Iran melewati 300 kg UF6 [uranium hexafluoride] diperkaya sampai 3,6% U-235 (atau sesuai dengan bentuk kimiawi yang berbeda)."
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran memperingatkan bahwa negara itu masih berencana untuk menangguhkan komitmen lain yang tercantum dalam kesepakatan itu dalam waktu 10 hari kecuali negara-negara Eropa menerapkan "langkah praktis dan nyata" untuk menjalankan mekanisme baru guna menfasilitasi perdagangan dan melindungi ekonomi Iran dari pengaruh sanksi AS.
Mekanisme yang dikenal dengan nama Instex itu memungkinkan barter barang antara Iran dan perusahaan asing tanpa transaksi keuangan langsung. Hal ini berlaku mulai hari Sabtu tetapi Menlu Iran Javad Zarif mengatakan kebutuhan Iran tidak terpenuhi.
Perkembangan ini terjadi di tengah peningkatan ketegangan di Timur Tengah, karena Iran menembak jatuh pesawat tak berawak AS di atas Selat Hormuz dan Amerika menuduh Iran bertanggung jawab atas dua gelombang serangan kapal minyak. [bbc/lat]
from Inilah.com - Terkini kalo berita nya ga lengkap buka link disamping https://ift.tt/2KQxlxh
No comments:
Post a Comment