Pages

Tuesday, September 25, 2018

China Tuduh AS Lakukan Bullyisme Perdagangan

INILAHCOM, Beijing - China mengecam Amerika Serikat dalam dokumen setebal 71 halaman. Otoritas Beijing menuduh pemerintahan Donald Trump melakukan praktik-praktik bullyisme perdagangan.

"Hal tersebut ditengarai telah menjadi sumber ketidakpastian dan risiko terbesar bagi pemulihan ekonomi global," demikian sebagai dilansir CNBC.com, Selasa (25/9/2018).

Dokumen yang diterbitkan pada awal pekan ini, menggarisbawahi tanggapan pemerintah China terhadap kritik yang dilontarkan terhadap negeri Tirai Bambu itu oleh AS.

Isu-isu yang dibahas dalam laporan itu termasuk juga ketidakseimbangan perdagangan antara kedua negara, kebijakan subsidi Beijing dan dugaan pencurian kekayaan intelektual oleh perusahaan-perusahaan China.

Sementara itu, Beijing menyatakan, bawah praktik oleh Washington itu menghambat kompetisi yang adil di AS, seperti subsidi dan AS diduga menyalahgunakan hukum keamanan nasional untuk menghalangi "kegiatan investasi normal" perusahaan China di AS.

Sebagai catatan, klaim-klaim dari pemimpin China itu persis seperti yang dikatakan banyak pakar, bahwa Beijing juga telah melakukannya. Namun, terlepas dari bukti-bukti lama proteksionisme China, dokumen pada Senin (24/9/2018) itu berusaha memposisikan ekonomi terbesar di Asia sebagai pembawa standar global untuk perdagangan yang adil.

"China tidak menginginkan perang dagang, tetapi tidak takut dan akan berperang jika perlu," kata Beijing dalam dokumen itu. "Kami memiliki ekonomi yang sangat tangguh, pasar yang sangat besar, dan orang-orang China yang bekerja keras, berbakat dan bersatu. Kami juga mendapat dukungan dari semua negara di dunia yang menolak proteksionisme, unilateralisme dan hegemoni."

"Pemerintah AS telah mengambil langkah-langkah proteksionis perdagangan ekstrem, yang telah merusak tatanan ekonomi internasional. Hal itu menyebabkan kerusakan pada hubungan perdagangan China-AS dan perdagangan di seluruh dunia, mengganggu nilai rantai global dan pembagian kerja internasional, mengecewakan ekspektasi pasar, dan menyebabkan ayunan keras di pasar keuangan dan komoditas internasional. Semua itu telah menjadi sumber ketidakpastian dan risiko terbesar bagi pemulihan ekonomi global," demikian surat kabar di Beijing.

Dokumen itu dirilis pada hari yang sama sebagai eskalasi dalam sengketa perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia. Pemerintahan Trump memungut tarif atas tambahan US$200 miliar barang-barang Tiongkok pada hari Senin (24/9/2018). Sementara pemerintahan Presiden Tiongkok Xi Jinping membalas dengan menargetkan impor senilai AS US$60 miliar. [jin]

Let's block ads! (Why?)

from Inilah.com - Terkini kalo berita nya ga lengkap buka link disamping https://ift.tt/2pwZlt6

No comments:

Post a Comment