INILAHCOM, Jakarta - Tak sedang bercanda, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyebut insentif pemerintah untuk mendorong masuknya investasi, kurang "nendang" alias kurang agresif.
"Memang menurut kami, insentif yang ditawarkan harus dibuat lebih agresif dari pada sekarang karena dari data yang riil, insentif yang kita berikan belum berhasil mengangkat investasi. Belum 'nendang' dibanding harapan kita semua," tutur Tom Lembong, sapaan akrabnya di Jajarta, Rabu (30/1/2019).
Tom menilai, insentif perlu diciptakan lebih agresif. Kalau perlu diberikan tambahan insentif, agar investor asing lebih menarik. Insentif yang agresif diperlukan agar Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara tetangga, seperti Vietnam dan Thailand.
"Bukan rahasia negara tetangga super agresif, kelihatan dari data investasi Vietnam dan Thailand. Mereka memang gencar memberi insentif dan lakukan deregulasi," katanya.
Tom menambahkan, selain perlu lebih agresif, pemerintah harus mengimbanginya dengan mengerek keterampilan tenaga kerja. "Dan, regulasi masih tumpang tindih, masih dalam proses penyederhanaan," tutupnya.
Berdasarkan catatan BKPM, realisasi penanaman modal asing (PMA) sepanjang 2018, mencapai Rp392,7 triliun. Atau turun 8,8% dibanding 2017 sebesar Rp430,5 triliun.
Jika dibandingkan secara triwulan ke triwulan, capaian itu turun 11,6%. Di mana, triwulan IV 2018 mencapai Rp99 triliun ketimbang periode yang sama 2017 sebesar Rp112 triliun.
Menurut Tom, penurunan realisasi investasi sejalan dengan tren investasi asing langsung berdasarkan data UNCTAD yang turun 20 persen.
Penurunan disebutnya akibat sentimen negatif atas eskalasi perang dunia antara AS dan China. "Data ini konsisten dengan data FDI (investasi asing langsung) di Bank Indonesia yang menunjukkan penurunan," katanya. [tar]
from Inilah.com - Terkini kalo berita nya ga lengkap buka link disamping http://bit.ly/2BdbZDR
No comments:
Post a Comment