KETIKA Nabi shallallahu alaihi wa sallam wafat, masyarakat bergejolak, dan sudah sepantasnya mereka begitu. Pada situasi seperti ini, golongan Anshar berpendapat bahwa merekalah yang berhak memegang tampuk kepemimpinan setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Para orator mereka berdiri menyerukan hal tersebut. Hanya ada satu dari sekian banyak generasi muda sahabat yang bangkit menunjukkan sikap yang menakjubkan.
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, ia berkata, "Tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam wafat, berdirilah orator golongan Anshar berorasi. Di antara mereka ada yang menyerukan, Wahai segenap kaum Muhajirin, sesungguhnya setiap kali Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengangkat seorang laki-laki di antara kalian untuk menjadi pemimpin, beliau menyandingkannya dengan seorang laki-laki dari kalangan kami, sehingga kami memandang untuk urusan kepemimpinan ini ada dua orang; satu orang dari kalian dan satu orang dari kami.
Kemudian para orator berturut-turut menyampaikan hal yang sama. Lalu, Zaid bin Tsabit bangkit seraya berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah dari kaum Muhajirin. Pemimpin itu berasal dari Muhajirin. Kamilah yang akan menjadi penolong-penolongnya, sebagaimana kita dahulu menjadi penolong-penolong Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Selanjutnya, Abu Bakar berdiri seraya berkata, Semoga Allah membalas kebaikan untuk kalian, wahai kaum Anshar. Benarlah perkataan salah seorang di antara kalian itu. Ia melanjutkan, Demi Allah, sekiranya kalian tidak melakukan yang demikian, tentu kami tidak akan berdamai dengan kalian."
Kondisi kacau dan penuh fitnah semacam ini menuntut penghimpunan dua hal sekaligus, pemahaman (fiqh) dan pengetahuan (ilm), tekad, dan ketangkasan. Ketika pengetahuan lenyap, hawa nafsu akan merebak di tengah masyarakat. Ketika sikap tangkas tidak mengemuka, kesempatan akan berlalu begitu saja sebab yang akan berkuasa adalah mereka yang ambisius dan dikuasai hawa nafsu.
Demikianlah, salah seorang pemuda cerdas dari kalangan sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam menggabungkan antara keduanya. Ia bersikap tangkas mendahului orang-orang dalam momentum genting seperti tersebut. Tidak aneh, sebab ia adalah orang kepercayaan Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk menulis wahyu.
[baca lanjutan]
from Inilah.com - Terkini kalo berita nya ga lengkap buka link disamping https://ift.tt/2FmZJlp
No comments:
Post a Comment