Pages

Thursday, May 30, 2019

Hadis Qudsi Bukanlah Hadis Biasa

HADIS Qudsi bukan Al-Quran, melainkan hadits. Tentu keduanya berbeda sekali. Tapi hadits Qudsi bukan hadits biasa, melainkan hadits yang isinya firman Allah Ta'ala. Maka kalau pertanyaannya, mengapa harus ada hadits Qudsi padahal sudah ada Al-Quran, maka sesungguhnya pertanyaan itu sama dengan pertanyaan: mengapa harus ada hadits padahal sudah ada Al-Quran.

Jawabannya tentu juga jelas, yaitu karena Al-Quran saja tidak cukup untuk menjelaskan semua kemauan Allah Ta'ala kepada manusia. Sebab Al-Quran itu sangat terbatas jumlahnya. Padahal akan dihafal oleh banyak orang dan membacanya merupakan ibadah. Kalau semua hal-hal kecil harus masuk ke dalam Al-Quran, maka tebalnya bisa mengalahkan ensiklopedi. Lalu siapa yang akan baca Al-Quran? Kapan khatamnya?

Maka tetap dibutuhkan firman Allah yang bukan dalam format Al-Quran. Formatnya hadits, tetapi tetap beda dengan umumnya hadits. Sebab materinya adalah firman Allah. Ada beberapa perbedaan antara Quran dengan hadis Qudsi, yang terpenting di antaranya ialah:

A. Al-Quranul Kariem adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah dengan lafalnya. Dan dengan itu pula orang arab ditantang, tetapi mereka tidak mampu membuat seperti Quran itu, atau sepuluh surah yang serupa itu, bahakan satu surah sekalipun. Tantangan itu tetap berlaku, karena Quran adalah mukjizat yang abadi hingga hari kiamat. Sedang hadits Qudsi tidak untuk menantang dan tidak pula untuk mukjizat.

B. Al-Quranul-Karim hanya dinisbahkan kepada Allah, sehingga dikatakan, "Allah telah berfirman", sedang hadis qudsi terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada Allah, sehingga nisbah hadis qudsi kepada Allah itu merupakan nisbah yang dibuatkan. Maka dikatakan, "Allah berfirman." Dan terkadang pula diriwayatkan dengan disandarkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tetapi nisbahnya adalah nisbah khabar, karena Nabi yang menyampaikan hadis itu dari Allah, maka dikatakan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan mengenai apa yang diriwayatkan dari Tuhan-Nya.

C. Seluruh isi Quran dinukil secara mutawatir, sehingga kepastiannya sudah mutlak. Sedang hadis-hadis Qudsi kebanyakannya adalah khabar ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan. Secara derajat keshahihan, ada kalanya hadis Qudsi itu sahih, terkadang hasan dan terkadang pula da`if.

D. Al-Qurnanul Al-Karim bersumber dari Allah, baik lafaz maupun maknanya. Dia adalah wahyu. Sedang hadis qudsi maknanya saja yang dari Allah, sedang lafadznya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka hadis Qudsi adalah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam lafadz. Oleh sebab itu, menurut sebagian besar ahli hadis diperbolehkan meriwayatkan hadits Qudsi dengan maknanya saja.

E. Membaca Al-Quranul Karim merupakan ibadah, karena itu ia dibaca di dalam salat. `Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Qur`an itu`(QS. Al-Muzammil: 20). Sedang hadis Qudsi tidak disyariatkan untuk dibaca dalam salat. Alllah memberikan pahala membaca hadis Qudsi secara umum saja. Maka membaca hadis qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yang disebutkan dalam hadis mengenai membaca Quran bahwa pada setiap huruf akan mendapatkan kebaikan.

Begitulah, karena keduanya berbeda, maka masing-masing punya fungsi dan manfaat yang berbeda, sesuai dengan peranan masing-masing. Wallahu a'lam bishshawab. [Ahmad Sarwat, Lc]

Let's block ads! (Why?)

from Inilah.com - Terkini kalo berita nya ga lengkap buka link disamping http://bit.ly/2wrlm01

No comments:

Post a Comment