INILAHCOM,Papua - Teluk Bintuni di Papua Barat, memiliki kekayaan alam berupa minyak dan gas bumi (migas) yang berlimpah. Perlu sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni untuk mengelolanya.
Pemuda Subitu adalah suku asli yang mendiami daerah Teluk Bintuni, Papua Barat kebanyakan berprofesi sebagai nelayan atau petani. Padahal, Teluk Bintuni memiliki potensi migas gas bumi yang luar biasa.
Yulianus Homna, pemuda asli Subitu, sangat sadar akan hal itu. Untuk mengasah kemampuan, dirinya memutuskan untuk menimba ilmu di Pusat Pelatihan Teknik Industri dan Migas Teluk Bintuni (P2TIM-TB), atau dikenal dengan sebutan Petrotekno.
"Saya masuk Petrotekno untuk mengubah nasib. Petrotekno bagus dan sangat berguna untuk pemuda Bintuni khususnya untuk mencari kerja, industri minyak di sini berkembang pesat," ujar Yulianus, Papua, Jumat (24/1/2020).
Keputusan Yulianus tepat sekali. Pusat Pelatihan Teknik Industri dan Migas Teluk Bintuni (P2TIM-TB) ini, telah beroperasi sejak 2018. Lembaga pendidikan itu dibangun Pemkab Teluk Bintuni, Papua Barat, bekerja sama dengan Petrotekno.
Berdiri di atas lahan seluas 9.300 meter-persegi di Distrik Bintuni Timur. Beberapa fasilitas yang ada di P2TIM-TB, yaitu Gedung Cendrawasih untuk kantor dan administrasi; Gedung Kasuari untuk tiga ruang kelas: Gedung Mambruk untuk pelatihan praktik Confined Space dan tangki dan Rigging Shelter; serta gedung bengkel praktikum utama Kakatua yang merupakan bengkel praktikum keahlian kelistrikan dan sistem instrumentasi, perpipaan, pengelasan, klinik dan dua ruang kelas.
Pusat pelatihan ini juga dilengkapi oleh asrama siswa. Setiap angkatan berjumlah 100 orang siswa pelatihan, yang akan menjalani pelatihan selama 3.5 bulan. Sebanyak 90% siswa pelatihan angkatan pertama, merupakan putra daerah Kabupaten Teluk Bintuni.
Rizal Aris, Advisor utama P2TIM-TB mengatakan, keberadaan pusat pelatihan industri migas Teluk Bintuni ini, sebenarnya diprioritaskan untuk anak-anak Teluk. Terutama untuk Direct Affected Village, atau daerah yang terdampak langsung. "Prioritasnya untuk tujuh suku, OAP, atau nusantara yang lahir di sini atau sudah tinggal di Bintuni minimal 10 tahun," kata Rizal.
Proses seleksinya berupa syarat administrasi ijazah minimal lulusan SMP, Kartu Keluarga, dan KTP. Selain itu, para calon peserta didik juga harus mengikuti berbagai tes. Mulai dari matematika dasar, bahasa Inggris, dan wawancara kompetensi.
"Kita menggunakan standar sebagaimana yang disyaratkan oleh perusahaan pengguna tenaga kerja. Sehingga nanti lulusan dari sini otomatis
terserap oleh pasar tenaga kerja," imbuh Rizal.
Lebih lanjut, Rizal mengatakan pendidikan di Petrotekno Teluk Bintuni, gratis karena dibiayai Pemda setempat. Oleh karenanya, proses penjaringan peserta didik pun berlangsung ketat.
"Sertifikasi nasional dan internasional yang diterima lulusan program vokasi menjadi item yang mengukuhkan posisi mereka sebagai tenaga kerja dengan hasil yang memuaskan bagi dunia industri Migas," ujar Rizal.
Sebanyak 500 lulusan Petrotekno dalam lima angkatan sejak 2018, telah menjadi bagian dari dunia industri praktis dengan etos kerja tinggi.
Aris menjamin bahwa lulusan P2TIM-TB yang dioperasikan Petrotekno menjadi tenaga kerja yang menjadi rebutan industri-industri Migas baik di dalam maupun luar negeri. "Kami menjaga kualitas lulusan, itu yang paling penting. Termasuk di dalamnya itu attitude, karena selama 3.5 bulan sikap mereka kita bentuk di sini," pungkas Aris.
Saat ini, Pusat Pelatihan Teknik Industri dan Migas Teluk Bintuni sedang membuka peluang untuk tahun ajaran baru dan pendaftaran dibuka hingga 25 Januari 2020 untuk angkatan 6.
Para pemuda Papua khususnya Teluk Bintuni yang sedang ingin mengadu nasib dan ingin bekerja di industri migas tentu oleh mencoba kesempatan ini.[tar]
from Inilah.com - Terkini kalo berita nya ga lengkap buka link disamping https://ift.tt/37pNZvb
No comments:
Post a Comment