Pages

Monday, May 13, 2019

Bikin Smelter Baru, Freeport Pengen Cari Temen

INILAHCOM, Jakarta - PT Freeport Indonesia (PTFI/Freeport) masih menyelesaikan proyek pembangunan smelter kedua di Gresik, Jawa Timur. Namun, tambang asal Amerika Serikat ini berencana mencari partner dulu.

Juru Bicara Freeport, Riza Pratama menjelaskan, unit pengolahan dan permurnian mineral mentah atau ore (smelter) kedua milik Freeport, memiliki kapasitas produksi 2 juta ton konsentrat. Nilai investasinya mencapai US$2,8 miliar.

Menurut dia, dari dua juta konsentrat bisa menghasilkan 600-700 ribu ton katoda. Berkaca pada pabrik smelter sebelumnya yang menggaet konsorsium Jepang, kesempatan ini juga dibuka perusahaan untuk pabrik kedua. "Ya kami open saja. Ya paling enak memang bikin smelter itu bareng partner," kata Riza pada awak media, Senin (13/5/2019).

Dia, menjelaskan meski mencari partner namun perusahaan asal AS tetap melakukan progress pembangunan sebagai salah satu cara perusahaan menghormati kesepakatan dan kontrak dengan pemerintah Indonesia.

"Kita sudah bangun sebenernya. Tapi kan kita bangun bukan buat serap 100 persen. Karena kalau dalam perspektif bisnis tambang itu gak profit. Tapi kan di undang undang kan gak bilang buat cari partner. Tapi Kepmen yang bilang perusahaan tambang wajib bangun. Kerja sama bisa, tapi kita harus bangun dulu," ujar dia.

Apalagi, kata dia, dalam pencarian partner perusahaan bukan hanya mencari partner yang bisa membantu perusahaan dalam segi financial saja, tetapi juga teknologi. Sebab, teknologi smelter sebenarnya bukanlah pekerjaan universal seperti pekerjaan tambang. Perlu ekspert yang ahli dalam smelter.

"Paling baik begitu, lebih baik sih partner dalam financial. Teknologi juga sih. Sebab smelter ini tenaga kerja juga gak banyak loh, 500 pekerja oalng banyak. Karena itu high skill. Kalau smelter ya harus ahli metalurgi," ujar dia.

Nah, untuk bisa memenuhi proyek ini perusahaan sampai saat ini masih menggunakan kas internal untuk menyelesaikan pembangunan smleter. Perusahaan, kata Riza belum berminat untuk menerbitkan bond ataupun melakukan pinjaman ke bank untuk proyek ini.

"Ya kami masih pakai kas internal karena kami rasa ini masih cukup. Tapi kami terbuka jika memang ada pihak yang hendak bekerjasama dengan kami," ujar Adia.

Adapun pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) milik PT Freeport Indonesia tahap pertama menyusut. Dari yang sebelumnya 4,67%, sekarang baru 3,86%.

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral dan Batu Bara Yunus Saefulhak mengungkapkan, proges pembangunan smelter yang menurun dikarenakan ada perubahan metode dalam pembangunan.

"Karena perubahan metode yang tadinya menggunakan Mitsubishi berubah menjadi Autotec," kata Yunus di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (6/5/2019).

Menurut dia, investasi autotec jauh lebih besar dari Mitsubishi. Sehingga, klaim dia, apabila diprosentasi progesnya menyusut dari Mitsubishi.

"Kalau investasinya jauh lebih besar, yang semula itu pembaginya lebih kecil (dengan investasi) sekarang pembaginya lebih besar, 4, sekian kalau dikonversikan jadi turun lagi, jadi yang 3,86%," ujar dia.

Nah, progres 3,85% pembangunan yang saat ini dikerjakan dengan pihak Autotec adalah, terdiri dari persiapan awal. Yaitu feasibility study, enviremont study, sewa lahan selama lima tahun. Dan, persiapan lahan, detail geoteknikal dan investigasi. "Studi yang dilakukan saat ini adalah side accses accecution. Jadi lebih bayak pada studi studi. garis besarnya pematangan lahan," kata dia.

Namun demikian, dia tidak bisa memberi alasan detai mengenai perpindahan dari Mitsubishi ke Autotec. "Kabarnya (karena) mitsubushi secara kontrak, ya ada urusan bisnis lah. mereka tidak setuju. tapi urusan b to b mereka gagal. Mereka beralih ke autotec," kata dia. [ipe]

Let's block ads! (Why?)

from Inilah.com - Terkini kalo berita nya ga lengkap buka link disamping http://bit.ly/2Vge2y8

No comments:

Post a Comment