INILAHCOM, Beijing--Militer China yang ditempatkan di Hong Kong merilis video berdurasi tiga menit, menunjukkan sejumlah serdadu melakoni latihan "antihuru-hara".
Video yang diunggah ke media sosial itu dimulai dengan adegan seorang serdadu meneriakkan: "Anda menanggung risiko atas semua konsekuensi." Demikian laporan BBC, Jumat (2/8/2019).
Tayangan itu disebarkan tatkala ketegangan meninggi di Hong Kong terkait rangkaian demonstrasi selama berminggu-minggu.
Pada Rabu (31/7/2019), lebih dari 40 aktivis dihadirkan di pengadilan sehubungan dengan unjuk rasa yang berubah menjadi aksi kekerasan pada Minggu (28/7/2019).
Jika terbukti bersalah, mereka terancam dipenjara selama setidaknya 10 tahun.
Tentara Pembebasan Rakyat (PLA)--sebutan untuk militer China--sejauh ini tidak dilibatkan dalam unjuk rasa di Hong Kong yang sudah berlangsung delapan pekan.
Untuk menertibkan demonstrasi, kepolisian Hong Kong yang diandalkan.
Namun, dalam peringatan 92 tahun PLA pada Rabu (31/7/2019), komandan barak militer di Hong Kong mengatakan unjuk rasa "secara serius mengancam kehidupan dan keamanan warga Hong Kong, serta melanggar aturan dasar 'satu negara, dua sistem'."
"Ini seharusnya tidak ditoleransi dan kami mengutarakan kecaman keras," kata Chen Daoxiang sebagaimana dilaporkan harian South China Morning Post.
Dalam tayangan video yang diunggah ke media sosial China, Weibo, jajaran serdadu membawa tameng dan tongkat tampak melakukan latihan anti-huruhara.
Setelah menampilkan barisan tank, peluncur roket, meriam air, dan kawat berduri, video tersebut memperlihatkan serdadu bersenjata lengkap turun dari helikopter kemudian melepaskan tembakan ke jalan dan rumah-rumah.
Beberapa demonstran tampak ditahan dan berjalan dengan lengan diikat di belakang, menuju "lokasi penahanan".
Para pengamat meyakini video itu dibuat di Hong Kong karena orang-orang di dalam video menggunakan bahasa Kanton serta ada sejumlah ciri khas kota tersebut, seperti taksi dan bendera mirip kepunyaan kepolisian Hong Kong.
Wartawan BBC di Beijing, Celia Hatton, mengatakan video ini berbeda dengan video-video barak militer China di Hong Kong sebelumnya yang memperlihatkan serdadu-serdadu tersenyum.
Narasi agresif yang dimuat dalam video terkini menambah kekhawatiran bahwa China bakal memakai kekuatan militer guna mengakhiri unjuk rasa yang diwarnai aksi kekerasan.
Namun, menurut Celia Hatton, Pemerintah China menolak menanggapi kerisauan tersebut.
Ketika ditanya soal video terbaru, Kementerian Luar Negeri di Beijing mengatakan hanya militer yang mampu menerjemahkan pesannya.
Rangkaian demonstrasi di Hong Kong dimulai pada Maret lalu, ketika pemerintah setempat berencana merilis Rancangan Undang-Undang Ekstradisi.
RUU itu telah ditangguhkan, namun para demonstrasi ingin RUU tersebut benar-benar dicabut.
Tak hanya itu, para pengunjuk rasa ingin ada reformasi demokratis dan penyelidikan independen terhadap dugaan aksi kekerasan polisi.
Pada Minggu (28/7/2019), bentrokan terjadi antara para pengunjuk rasa dan polisi yang memicu ditembakkannya gas air mata dan peluru karet ke arah demonstran. [bbc/lat]
from Inilah.com - Terkini kalo berita nya ga lengkap buka link disamping https://ift.tt/2OzBmsI
No comments:
Post a Comment